writing, sharing, expressing

Pasar Soedirman di Akhir Pekan

*Hujan dan Kepingan DVD yang Masih Berkibar
 
Keping-keping VCD dan DVD bajakan masih berkibar di Pasar Soedirman. Angin panas tengah hari menerpa, membuatnya berputar dan bergoyang-goyang. Hingar bingar musik memekakkan telinga.

Di sebuah lapak, tampak penunggunya sedang makan. Keping-keping digital itu sebagian digantung di depan lapak, layaknya tirai yang terjuntai.

Sebagian lain ditata rapi, dilengkapi DVD player dan televisi 14 inchi. Beberapa judul film bercampur baur dengan lagu dangdut dan house music. Sekeping DVD dijualnya seharga Rp 7.000.

Ia tampak curiga saat gue menyakan sumber DVD ini. "Abang petugas kah? Mau ada razia?" tanyanya.

Ah, ia curiga dengan tubuh tegap dan sepatu boot kulit ini rupanya. "Tidak, tenang aja, saya perlu beberapa keping DVD untuk ditonton di rumah."

Setelah memilih dua keping film lama, tawar menawar hanya berhasil menurunkan harga menjadi Rp 5.000 per keping.

Penjual itu menggeleng saat ditanya, apakah ia juga menjual film dewasa. "Ndak berani, Bang, takut razia," kilahnya.

Tetapi beberapa saat kemudian, ia menunjukkan beberapa judul film kategori xxx atau biasa disebut bokep. Harganya? Tergantung jenisnya ternyata.

Film Barat dan Mandarin dipasang Rp 15 ribu. Sedangkan bokep lokal, maksudnya pemainnya orang Indonesia, dibanderol Rp 20 ribu. 'Tak bisa ditawar lagi, harga mati," ujarnya.

Hikayat Pasar
Panas masih memanggang Pasar Soedirman, Sabtu (26/4) tengah hari. Amat (35) juru parkir (jukir), tampak sibuk menata kendaraan di Jalan Nusa Indah III. Agak sepi, Bang. Bulan tua kali,” ujarnya.

Ia menceritakan suasana sepi di kawasan Pasar Soedirman di akhir pekan. Barangkali, duganya, karena saat ini memasuki tanggal tua. Saat dompet para tukang belanja sedang tipis-tipisnya.
Ia sudah delapan tahun menjadi jukir di depan sebuah toko sepatu. Sehari hanya bisa mengantongi antara Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu. "Giliran saya dari jam sembilan pagi sampai jam dua siang," ujarnya.

Pasar Soedirman merupakan kawasan perbelanjaan umum yang terbentang dari Jalan Nusa Indah I, II, dan III. Tenda-tenda serta lapak-lapak pedagang tampak bertebaran di mana-mana. Mereka menjual pakaian, perhiasan emas, VCD dan DVD bajakan, makanan, tas, kaca mata, sampai tukang jahit.

Di sekitarnya juga menjulang rumah toko (ruko). Ada yang hanya satu lantai, sampai tiga lantai. Barang- barang yang dijual di ruko seperti sepatu dan peralatan elektronik.
Ibu-ibu tampak berjalan perlahan mengitari lapak-lapak. Di tangan mereka, tampak kantong besar belanjaan, sambil lengan lain menuntun anaknya.

Tak jauh dari situ, lapak-lapak lain berderet. Beberapa pembeli tampak mengerumuni penjual kacamata hitam.

Ray-band atau biasa dilafalkan reben, sangat cocok untuk suasana panas begini. "Barangnya bagus, Bang, dari Semarang," promosinya. Harga berkisar belasan sampai puluhan ribu per kacamata.

Iapun ngecap, "Kadang kalau di mall habis, mereka beli di sini, Bang. Pilih yang bagus-bagus, lalu dijual di mall. Harganya pasti mahal."

Dalam deretan kacamata berbagai bentuk, masih ada model jaman dulu (jadul). Berbingkai besi kecil berwarna kuning, kaca menyerupai bentuk segitiga berwarna gelap. "Ya, ini model kacamata yang terkenal jaman film Rambo," ujarnya.

Hujan dan Segelas Es Sari Kacang
Tiba-tiba, panas yang begitu menyengat berganti hujan lebat. Orang-orang berlarian menuju emperan toko.

Berteduh dengan wajah kucel, tangan menenteng belanjaan. Bocah-bocah ingusan tampak ingin bermain hujan. "Tadi Mama bilang, jangan ikut," ucap seorang nyonya memarahi anaknya.
Di ujung sebuah toko sepatu, tampak berjejer warung makanan dan minuman. Meski hujan, kerongkongan yang kering ingin 'diguyur' minuman dingin.

Segelas es sari kacang terhidang. Sari kacan hijau giling dipadu gula merah, sungguh mengundang selera.

Di warung sebelah, asap bakso mengepul meningkahi sejuknya udara. Aromanya yang harum, kontras dengan suasana warung yang makin lama makin tergenang luapan hujan.
Pak Tua penjual es duduk mengangkat kaki. Luapan air hujan sudah makin menggenang di lantai semen. Istrinya tampak sibuk mengangkat sampah-sampah plastik yang menghalangi aliran air.

Pak Tua berkisah tentang asal mula Pasar Soedirman. Awalnya, kawasan Jalan Nusa Indah merupakan kompleks militer.

Di situ berdiri asrama tentara, lapangan bola, dan rumah sakit (rukit). Ia mengingat, kompleks militer itu dibongkar tahun 1970-an, lalu dibangunlah petak dan lapak untuk berjualan.

Waktu itu aku jualan es 15 rupiah segelas. Kalau sekarang si udah tiga ribu segelas,” kenangnya sambil terkekeh.

Papan namanya udah ndak ada Bang, kan orang udah tahu kalau ini Pasar Soedirman,” ujarnya. Memang, Anda tidak akan menjumpai papan nama pasar ini.

Keasyikan bercerita, Pak Tua tak menyadari sebelah sandalnya 'berlayar' mengikuti arus luapan air di kolong meja. Buru-buru ia mencari, sampai akhirnya sandal jepit kuning ditemukan hanyut bersama sampah-sampah.

Hujan masih garang. Sesekali percikan air membasahi meja. Dua wanita berlari kecil mendekat. Memesan es lalu duduk berhadapan.

Mau belanjakah? "Mau jalan-jalan saja sih, tapi keburu hujan," katanya. Mereka bekerja di sebuah daeler kendaraan bermotor, sekitar 50 meter dari tempat itu.
Tidak belanja di mall? 'Tergantung keperluannya. Ada jenis pakaian yang hanya ada di mall, jadi belinya di mall. Ada juga merk dan kualitasnya sama dengan yang dijual di mall, ternyata dijual juga di sini. Kita pilih yang itu dong," ujarnya sedikit genit.

Belanja di sini, kalau ndak bisa nawar, bisa kena ketok,” katanya lagi. Kena ketok, maksudnya penjual memasang harga mahal.

Katakanlah, selembar baju kaus wanita, harga awalnya bisa mencapai Rp 150 ribu. Tetapi jika getol menawar, harga bisa sangat turun menjadi Rp 35 ribu.

Kita-kita ini kan sukanya shoping, Bang. Soal tawar-menawar udah kerjaannya,” ucapnya tersenyum.

Hujan di Pasar Soedirman mulai reda, meski masih menyisakah gerimis. Orang-orang kembali lalu lalang, keluar dari tempat berteduh. Sebagian tampak mengelap sepeda motor, lalu tancap gas membelah senja yang semakin merah. 




0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah berkomentar :)

Pasar Soedirman di Akhir Pekan