writing, sharing, expressing

Saya Sering Alami Dis-Orientasi

Meliput berita di lapangan memang tak mudah. Seringkali aku mengalami dis-orientasi. Pengalaman yang pernah kudapat beberapa tahun lalu, seolah menguap ditelan angin.

Semua 'rumus kimia' jurnalistik hapal di luar kepala. Teknik menulis cantik dan cepat telah dikuasai. Namun semua itu segera terbang saat di lapangan. Bagai asap rokok melayang, bergulung-gulung di udara. Semakin hilang, sampai akhirnya bubar diceraikan angin.

Padahal, segalanya sudah diajarkan oleh para pendekar jurnalistik Persda Kompas Gramedia. Mulai Sjamsul Kahar dari Aceh, Dahlan dari Makasar, Pitoyo dari Bandung, Ahmad Subechi dari Jakarta, banyaklah pokoknya.

Mereka orang-orang haibat di mataku.
Tapi ya itulah, betapa bingungnya aku menghadapi berbagai realitas sosial di lapangan. Meski saat masih di kantor, sudah mendiskusikan rencana liputan bersama teman-teman. Tetap saja otak yang sudah mulai usang ini perlu scanning lebih lama. Kasihan betul ya diriku?

Sering kubertanya pada angin lalu. Sampai kapan kuharus begini? Apakah aku termasuk 'the wrong man' di tempat ini?

Ah, mungkin aku terlalu pesimis. Kata orang, sikap pesimis merupakan cikal bakal kegagalan
Tadi malam baru saja aku mengisi lembaran dari PT Kapuas Media Grafika. Salah satu isinya, mungkin berupa janji untuk tidak mengeluh. Aku sudah menandatanganinyadan bertekad mematuhinya.

Mudah-mudahan ini proses yang normal. Aku ingat cerita pengalaman para pendekar jurnalistik yang namanya kusebutkan tadi. Pak Sjamsul misalnya, pernah hampir satu jam bengong di depan mesin ketik nya. Saat beritanya selesai diketikpun, segera disobek redaktur.
Tentu, pengalaman itu semakin menempa dirinya, hingga muncul sebagai wartawan senior yang disegani.

Lalu, apa dong? Malu juga rasanya, umur makin tua, kinerja makin mundur. Buset! Aku menyadari memang aku tidaklah terlalu muda lagi.

Di malam yang kian sepi, tanpa bintang dan rembulan, aku duduk menghabiskan rokok terakhirku. Masih kulihat transTV yang mengajakku bercanda. Tapi tubuh ini terlalu letih.
Sudahlah, malam ini aku mau berdamai dengan tubuhku. Aku mau istirahat, melelapkan pikiran dalam mimpi. Hoaaahmmm...!




1 komentar:

  1. Mgr

    Selsa malam nongkrong di warung kopi di salah satu di seputaran kota?
    Ada sedikit waktu hingga bisa pulang.
    Mudah2an bisa konsultasi soal iman..

    hehhe..

    dan, selamat berkarya lagi di dunia media...

    BalasHapus

terima kasih telah berkomentar :)

Saya Sering Alami Dis-Orientasi