Mgr Blasius saat melucuti aksesoris postulan OSA. Foto: Severianus Endi |
DUA gadis itu, Marcelina dan Anita, berpakaian khas Dayak lengkap. Anting-anting dari manik-manik tergantung di telinga, kalung di leher, aneka gelang dari pergelangan hingga lengan, dan hiasan bulu burung menjadi mahkota di kepala.
Dengan lilin menyala di tangan, mereka menghadap Mgr Blasius Purjaraharja, Uskup Ketapang, dan menyampaikan niat untuk bergabung dalam biara Suster Ordo Santo Augustinus (OSA) dari Kerahiman Allah.
"Sebentar lagi, berbagai aksesoris yang kalian pakai akan saya lucuti, diganti jubah putih dan sederhana. Ini pertanda kalian akan memasuki kehidupan baru," ucap Mgr Blasius saat memimpin misa di Kapel Biara OSA, Ketapang, Kalimantan Barat, Rabu sore, 18 Juli 2012.
Saat pelucutan berbagai aksesoris yang dikenakan kedua postulan itu, Mgr Blasius tampak kesulitan melepas hiasan dirambut, sehingga harus dibantu dua konselebran, Istejomoyo Pr dan Dani Sanusi OSC. Dani dari Keuskupan Bandung, sebelumnya selama 8 hari menjadi pembimbing rohani untuk retret di susteran.
Puluhan suster yang mengisi seluruh kursi di sayap kiri kapel, menahan senyum melihat Uskup menarik-narik aksesoris di rambut postulan, namun tak kunjung lepas. Setelah tuntas, prosesi penerimaan jubah pun dilakukan, maka resmilah Marcelina bermama Suster Margeretha, dan Anita bernama Suster Albertina.
"Setelah ini, kedua postulan resmi memasuki masa pendidikan novisiat. Kami mohon doa para umat agar mereka berdua, dan juga kami semuanya, selalu teguh dalam panggilan ini," ujar Sr Gabriela, salah satu anggota Dewa Suster OSA Ketapang.
Bersama kedua postulan itu, seorang suster muda mengucapkan kaul profesi pertama, yakni Suster Ferdinanta Veronica. Berikutnya, Sr Ferdinanta ditugaskan mengurus asrama putri di Desa Tumbang Titi di pedalaman Kabupaten Ketapang.
Dalam homilinya, Mgr Blasius mengungkapkan, pilihan hidup membiara merupakan wujud penyerahan diri secara total sebagai tanda kehadiran Allah. Dia mengingatkan kedua postulan dan satu suster yang menjalani kaul profesi pertama, untuk sungguh-sungguh menghayati jalan hidup yang telah mereka pilih.
"Panggilan hidup sebagai biarawati adalah juga cara menghayati misteri penyelenggaraan ilahi. Meninggalkan kehidupan biasa, dan masuk dalam suasana penuh kesederhanaan," ujar uskup yang ditahbiskan pada 17 Juni 1979 ini.
Blasius menegaskan, sebagai biarawati haruslah menjaga dan memelihara tiga kaul yang telah diucapkan di hadapan Allah, yakni kaul kemurnian, ketaatan, dan kemiskinan. Apalagi ditengah kehidupan yang selalu berhadapan dengan godaan duniawi yang tak kunjung surut.
"Jika sebelumnya mungkin kalian berdandan dan bolak-balik berdandan di depan cermin sebelum bepergian. Tapi sekarang tidak perlu lagi," canda Mgr Blasius, yang pada 9 September 2012 akan digantikan uskup baru, Pius Riana Prabdi.
Ordo Suster OSA yang berpusat di Ketapang menyelenggarakan pelayanan di bidang pendidikan dan kesehatan. Mereka mendirikan beberapa sekolah baik di kota, maupun di sejumlah desa. Rumah Sakit Fatima, yang sebelumnya berupa rumah bersalin, merupakan satu-satunya rumah sakit swasta di Kota Ketapang.
SEVERIANUS ENDI
Seneng sekali rasanya membaca tulisan agan ini, setelah sekian lama tidak mendengar kabar berita agan endi. Hahhah ape kabaaar?
BalasHapusSeneng sekali rasanya membaca tulisan agan ini, setelah sekian lama tidak mendengar kabar berita agan endi. Hahhah ape kabaaar?
BalasHapusgan adon, hehehe, biasa, lebih sering bertapa menambah ilmu supaya bisa terbang kayak burung enggang hehehe. kabar biase jak. gimane pulak di sana? semoga selalu baik dan dalam berkat Ilahi, amin.
BalasHapusmgr hanz