writing, sharing, expressing

Masih Seputar Chinta

Chinta masih menarik pernatianku. Chinta Laura maksudku. Melihat logatnya, ingatakanku melayang ke masa lalu. Saat masih duduk di bangku sekolah, kala pelajaran bahasa Inggris menjadi momok.

Seingatku, jangan coba-coba mempraktekkan bahasa Inggris, jika tidak mau dicap "sok" sama teman-teman. Rupanya kenyataan ini berlanjut sampai di bangku kuliah. Tak sedikit mahasiswa yang seolah "alergi" untuk mempraktekkan bahasa Inggris.

Nah, setelah tamat dan bersaing di dunia kerja, mampus! Betapa pentingnya bahasa Inggris, kan? Syukurlah, kadang-kadang aku cuek dengan stigma teman-teman. Nyatanya, beberapa kenalan dan tamu dari negeri luar, bisa juga mengerti ucapanku. Dan sejenisnya lah.

Kembali ke Chinta, kenapa kita malah gemas bahkan senang dengan logatnya? Mengapa kita menganggap dia imut dan muuuach... justru karena bicara bahasa Indonesianya yang belepotan (atau sengaja dibuat belepotan?).

Di sinilah bedanya. Chinta "sukses" justru karena bahasa Indonesianya yang hancur bagai jalanan di Kabupaten Kubu Raya, Kalbar. Tapi dia moncer dan dipuja di mana-mana. Padahal, ayo taruhan, semua sepakat bahwa logat dan bahasa Indonesianya ancur habis.

Lalu, mengapa kita minder dengan logat dan bahasa Inggris kita yang juga ancur lebur? Mengapa malu mempraktekkan, atau kalau melihat teman coba menggunakannya, lalu diejak?

Hanya satu ucapan barangkali, seperti didendangkan dalam lagu wajib nasional: ITULAAAH INDONESIAAA...






1 komentar:

  1. betcul tyuh. akyu juga pyernah ngerasa not confiden dengan English akyu. but, whateverlah. i am just try to be good when i have to speak English. teacher akyu dulyu pernah bilang : learning by doing. so, akyu coba talking with my friends in English. eh, sekarang, English akyu tuh lebih kental daryipada English akyu. makanya kata-kata akyu tuh laris dipakai orang. "hujan, bechyek, ndak ada oujyek..., lephek" hehehehe..

    BalasHapus

terima kasih telah berkomentar :)

Masih Seputar Chinta