Savhanna Wilson dengan pakaian Dayak. |
“More beautiful here than I could have imagined,” ucap Savhanna, yang menilai perkampungan itu jauh lebih indah ketimbang yang pernah dia bayangkan.
Dia menuturkan, Jumat (15/4/11) pagi sempat mandi di sungai yang airnya jernih. Dia yang ditemani adik perempuan saya, mengumpulkan rebung yang mereka temui sepanjang jalan.
Savhanna sangat tertarik melihat orang-orang di kampung memanfaatkan alam sekitar untuk kehidupan sehari-hari. Dia menyebutnya sebagai “sustainable lifestyle”, gaya hidup yang berkelanjutan dan berbasis alam.
“As a Canadian, I am not able to experience regularly because of the climate of my home country. I look forward to enjoying the prepared rebung for dinner,” ujar Savhanna, mengungkapkan, mencari rebung dan memanfaatkan alam sekitar tidak bisa dilakukan di negaranya. Dia pun ingin menikmati masakan “bambu muda” itu untuk makan malam.
Hanya saja, dia terpaksa mengurungkan niatnya memancing ikan di sungai. Hujan yang turun deras malam sebelumnya, membuat air melimpah dan tidak cocok untuk memancing.
Sebagai gantinya, keluarga saya mengajak dia mengunjungi ladang tua yang kini telah menjadi hutan belantara. Dia akan menanam beberapa pohon buah-buahan di sana.
Sehari sebelumnya, Savhanna berkunjung ke desa lain di Kecamatan Sungai Laur, di ujung Balai Berkuak. Di sana dia disambut oleh banyak warga yang penasaran. Dia pun berkesempatan mengenakan pakaian adat Dayak, dan terlihat sangat cantik!
Dia mengatakan, merasa terhormat karena tidak hanya bisa sekadar melihat, tetapi bisa sejenak mengenakannya. Dengan pakaian itu, kamu terlihat seperti putri Dayak, Sav!
“I felt like one! It was a wonderful experience,” ucapnya. Keindahan yang sudah terlalu lumrah sehingga penduduk lokal pun sudah tak menyadarinya. Savhanna melihat hal lain yang bagi dia merupakan sesuatu yang baru.
Tak ketinggalan, dia juga sempat menyaksikan ritual baboretn, yang digelar di Desa Tahak, sekitar 6 kilometer dari Balai Berkuak. Ritual baboretn yakni praktik perdukunan yang masih diyakini bisa menyembuhkan penyakit.
Savhanna terkesan dengan pengalaman pertama melihat ritual persembahan seekor babi dan dua ekor ayam untuk prosesi magic itu. Dia melihat sang dukun menari sesuai irama gendang, mengelilingi “taman” yang didirikan di tengah rumah. Taman yang dimaksud merupakan perlengkapan ritual yang berupa batang yang ditegakkan dengan hias-hiasan dedaunan dan sesajian.
“I did, however, enjoy my very first ritual animal sacrifice, 2 chickens and a pig, so that was exciting! No need to worry!” komentarnya tentang ritual itu. (*)
SEVERIANUS ENDI
* Versi yang sudah diedit dimuat sebagai citizen reporter di Harian Tribun Pontianak (Kompas-Gramedia) edisi Sabtu (16/4/11)
* Versi yang sama ditayangkan di portal berita tribunnews dot com (Kompas-Gramedia) di link ini.
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah berkomentar :)