Autoshoot: pekarangan belakang di kampung. |
Di dalamnya ada mata air kecil tersembunyi di balik lebatnya belukar
Pun di sana tak ada lagi kicau aneka burung selain desau angin
Pun cuma suara kelepak sayap melintas di atas kanopi pepohonan tak lagi terdengar
Tapi hutan muda itu masih membiarkan pepohonan menjulang seakan hendak menerobos cakrawala
Tapi di sana seperti surga!
Tapi orang-orang di sana tak akan pernah bisa mengerti mengapa putra desa harus kembali
Mereka acuh dengan rasa rindu akan sejuknya hawa hutan atau merdunya gemericik air yang menetes dari ujung buluh
Mereka sinis melihat putra desa yang kembali hanya karena mengaku rindu
Tempatmu di kota, berseragam dan bersepatu mengkilap, dan naik turun kantor bertingkat, kata mereka
Dan jika tetap nekad kembali pulang, pangkat kegagalan disematkan di pundakmu disertai cibiran dan cemohan
Mereka mengira hidupmu berkecukupan di kota di tengah gedung-gedung berlantai pualam
Kau simbol kebahagiaan desa, kata mereka, dan kau harus tetap hidup di kota
Orang-orang tak pernah akan tahu kau memikul beban dibalik seragam rapi dan sepatu mengkilap
Tawa cela pasti menyertai derap langkah di perjalanan pulang
Dan masihkah kau memelihara rindu itu?
Pun di sana tak ada lagi kicau aneka burung selain desau angin
Pun cuma suara kelepak sayap melintas di atas kanopi pepohonan tak lagi terdengar
Tapi hutan muda itu masih membiarkan pepohonan menjulang seakan hendak menerobos cakrawala
Tapi di sana seperti surga!
Tapi orang-orang di sana tak akan pernah bisa mengerti mengapa putra desa harus kembali
Mereka acuh dengan rasa rindu akan sejuknya hawa hutan atau merdunya gemericik air yang menetes dari ujung buluh
Mereka sinis melihat putra desa yang kembali hanya karena mengaku rindu
Tempatmu di kota, berseragam dan bersepatu mengkilap, dan naik turun kantor bertingkat, kata mereka
Dan jika tetap nekad kembali pulang, pangkat kegagalan disematkan di pundakmu disertai cibiran dan cemohan
Mereka mengira hidupmu berkecukupan di kota di tengah gedung-gedung berlantai pualam
Kau simbol kebahagiaan desa, kata mereka, dan kau harus tetap hidup di kota
Orang-orang tak pernah akan tahu kau memikul beban dibalik seragam rapi dan sepatu mengkilap
Tawa cela pasti menyertai derap langkah di perjalanan pulang
Dan masihkah kau memelihara rindu itu?
SEVERIANUS ENDI
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah berkomentar :)