writing, sharing, expressing

Kamu Siapa?

Sudah lama aku tak menulis. Ya, lama sekali. Meski tiap hari orang membaca koran, yang di antaranya memang hasil tulisanku, tapi bukan itu maksudku. Memang sudah lama, aku tak "menulis" dengan benar. Menulis dengan segenap hati, jiwa, dan perasaan. Apalagi dengan pikiran lapang dan perasaan yang ringan.

Sampai, malam ini, ketika kantor mulai sepi, dan jarum jam dinding sudah beranjak dari angka 01.15, tapi masih ada pekerjaan yang harus ditunggu. Minta diselesaikan, subuh ini juga. Sambil menanti, pikiranku terbang ke kejadian beberapa hari lewat.
Entah angin apa yang mengarahkan pikiranku pada seorang teman di luar provinsi, teman lama. Saat pernah bekerja dan hidup "sebatang kara" di sana, merekalah yang sanggup membuat hidupku berbunga dan penuh warna.

Kutemukan nomor hp-nya dalam phonebook, dan segera kupencet. Setelah menanti beberapa deringan, terdengar dia mengangkat. Aku segera menyapa, tapi terdengar nada ragu di seberang sana.

"Ini siapa?" tanyanya. Tentu, suara yang kukenal. Tapi, kenapa?
"Ini Endi, mosok lupa?"
"Endi? Endi mana?"
"Endi Kalbar," jawabku, dan nama itu selalu kulekatkan saat beberapa tahun lalu bekerja di Kalimantan Timur, supaya mudah diingat teman-teman di sana.
"Endi Kalbar? Aduh, yang mana ya?" lagi gugatnya.

Aku agak jengkel. Ada apa? Bukankah kami sudah sedemikian akrab, serasa sudah seperti abang-adik? Tapi dia mengaku tak mengenalku? Kudengar suara berisik lewat speakerphone, dan terdengar orang bercakap-cakap.

"Oh...Endi ya, En, maaf Endi mana pun kamu, aku benar-benar lupa. Aku baru sembuh dari gegar otak," penjelasan itu membuat aku tertegun. Sampai-sampai aku terdiam, dan memutar ingatan ke belakang.

Temanku itu memang punya riwayat epilepsi. Barangkali, bisa saja penyakit itu kumat sewaktu-waktu, dan dia terjatuh dan menyebabkan gegar otak.

"Halo, Endi? Maaf, aku sama sekali lupa. Dua bulan lalu aku jatuh dari sepeda motor dan mengalami gegar otak. Ini baru saja pulih, dan mencoba masuk kerja. Tapi kalau bisa aku minta tolong memulihkan ingatan," katanya lagi.

Aku sebutkan beberapa nama teman kami yang paling akrab, dia katakan tak ingat. Ketika kukatakan ciri-ciri fisikku, ia pun mengatakan tak bisa mengingat (Selain Endi Kalbar, mereka juga memanggilku dengan Si Jenggot). Setelah berpesan agar dia sabar dan ucapan semoga cepat sembut, sambungan telepon kuputuskan.

Aku pun menghubungi teman lain, dan menyampaikan berita ini. Setidaknya, meski jarak jauh, mudah-mudahan bisa membantu memulihkan ingatannya. Memang, musibah itu terjadi dua bulan silam. Saat itu pula aku memang tak terpikir untuk sekadar bertanya kabar dengannya. Rupanya, begitu banyak episode kehidupan yang lalu-lalang begitu saja, manakala kita lengah dan tak menghiraukannya.




1 komentar:

  1. Gua juga sudah lama tidak menulis dengan hati. Sebuah proses kreativitas yang sejatinya menyenangkan.

    Soal sahabat...gua ikut prihatin. Tapi memang harusnya begitulah sahabat, dekat atu jauh, saling mengingatkan, saling membantu, saling berbagi. Ya mungkin soal bagaimana mengarugi hidup selanjutnya atau sesekali tertawa mengingat kekonyolan masa lalu...

    btw...jadi inget sohib2 ane di bekasi...miss u guys!

    BalasHapus

terima kasih telah berkomentar :)

Kamu Siapa?