Saat aku memandang ke pinggir jalan dari atas sepeda motorku yang melaju sambil ngadat-ngadat, tak jarang terlihat beberapa orang sedang bersantai sambil tertawa terbahak-bahak. Atau, ada anak dan ibu yang berbagi senyuman, sementara sang ayah asyik berbicara dengan...entah siapa, mungkin rekan bisnis, teman sekerja, atau bukan siapa-siapa. Atau, ada siswa SMU yang tanpa beban bercengkrama di sebuah kursi panjang, duduk agak mengangkang dengan rok nyaris tersibak karena badan bergoyang-goyang oleh tawa bahagia atau canda ceria. Huahhh...iri aku! Iri-iri-iri-iri! Mereka begitu menikmati hidup, mengapa aku tidak bisa?!
Di atas motorku yang super boros menenggak bensin tanpa ampun, aku terus berpikir. Mengapa aku harus iri? Mengapa aku harus sirik? Mungkin karena ketidak mampuanku menjalani hidup seperti mereka.
Bisa saja, mereka tampak bahagia, enjoy, happy, tapi di dalam hati, siapa tahu? Tapi, ah, tidak. Tetap saja aku iri.
Ah, kata siapa Bang Endi tidak bisa menikmatin hidup. Bisa aja, masih ingat kan dulu kita duduk bertiga dengan Serva di depan sebuah toko di jalan Kemangi. Ngobrol2 yg tidak ada ujung pangkalnya sambil meneguk sekaleng MERAH.
BalasHapusHijrah kembali ke Samarinda, bang, kita kumpul2 lagi seperti dulu. Eh ada salam dari H****n hehe ternyata blm lupa juga beliau dengan Si janggut naga (just kidding, bang).
Btw, Sekarang lagi persiapan menjadi Bapak kan ? Selamat yo :D