writing, sharing, expressing

Kotak-kotak kehidupan

Kadang kita sibuk membuat "kotak-kotak", mencoba memberi boarder untuk sebuah konsep maha luas. Mungkin maksudnya agar "yang mahaluas" itu bisa terjangkau logika. Kehidupan sendiri tak berbatas, ia adalah ia sendiri. Hanya kadang-kadang, ada suatu episode kehidupan yang sengaja atau tidak, memaksa kita untuk melihat, betapa "kotak-kotak" itu mendekati kenyataan, atau nyaris "sempurna".

Karena kehidupan ini maha luas, alam pikiran manusia pun tak terbatas. Mereka menganut "isme-isme" tersendiri dalam menelaah dan memahami kehidupan. Yang paling populer, sebuah pameo klasik: "hidup bagai roda yang berputar". Menurut konsep ini, irama kehidupan dianalogikan bagai putaran sebuah roda yang sedang berjalan. Kadang di atas, kadang di tengah, kadang di bawah. Jika Anda atau saya termasuk kategori orang yang sibuk "mengkotak-kotakkah" kehidupan, boleh jadi pameo ini berpengaruh dalam cara pandang tentang kehidupan, sedikit-banyak!

Saya pernah mencoba merenungkan pameo klasik itu, yang rupa-rupanya begitu luas berada dalam alam pikiran manusia di sekitar saya. Dalam hati, saya memang menggugat: mengapa orang-orang sibuk membuat boarder untuk mempersempit kehidupan yang maha luas ini? Sebuah boarder, sebuah konsep, barangkali memang dimaksudkan untuk kategorisasi tertentu dalam kehidupan. Semacam kisi-kisi yang hendak menandai proses perjalanan di dunia fana. Kisi-kisi yang kemudian ternyata tampak relevan dengan kenyataan.

Khusus untuk pameo itu, saya memang agak keberatan. Memang, secara mekanistis, sebuah putaran roda akan selalu seperti itu. Dan terkadang, kehidupan pun berproses demikian. Hanya saja, saya masih lebih percaya bahwa hidup adalah hidup, kehidupan adalah kehidupan, ia adalah ia sendiri. Boarder yang dibuat hanya akan membatasi kemahaluasannya. Sebuah puncak yang sedang didaki, memang selalu menyediakan peluang-peluang kemunduran seiring tajamnya pendakian. Begitu juga, sebuah turunan yang sedang dirayapi, selalu menyediakan kecuraman yang begitu saja bisa menjatuhkan. Seolah kedua sisi lebih besar peluang menuju kehancuran.

Maka, kehidupan adalah dirinya sendiri. Anda dan saya memiliki kekebasan mahaluas untuk menentukan, banyak hal, termasuk bersibuk ria membuat "kotak kehidupan", atau menganut falsafah yang sebaliknya.




1 komentar:

  1. Mgr,

    Manusia berikhtiar dalam hidupnya. Dengan kata-kata, dengan perbuatan, dengan karya. Memaknai hidup: filsafat, seni, sastra, dan ilmu pengetahuan.

    Tapi finis corona opus, tetap saja Ia yang menyelesaikan semuanya.

    Kita bekerja Ia bekerja.

    Hidup manusia (barangkali)adalah kerjasama kedua pihak yang tak tak kunjung selesai.

    Mencoba memetakannya, mungkin juga jadi pekerjaan yang terlalu besar untuk hidup kita yang singkat ini...

    BalasHapus

terima kasih telah berkomentar :)

Kotak-kotak kehidupan